Pada tanggal 17 sampai 19 Juni 2019 lalu, 3 anggota komunitas Mozilla Indonesia, yaitu Yofie, Lidya, dan Kiki, berkesempatan untuk berpartisipasi pada acara 6 bulan sekali, Mozilla All Hands yang kali ini bertempat di Whistler, Kanada. Acara dibuka dengan makan malam bersama yang bersifat kasual dan untuk mengenal satu sama lain.

Ketiga anggota tersebut mendapat undangan dari tim Open Innovation. Yofie datang sebagai bagian dari Reps Council sedangkan Lidya mendapat undangan dari tim Support Mozilla (SUMO). Kiki sendiri datang sebagai bagian dari Community Development Team.

{youtube}https://www.youtube.com/watch?v=W8cewQEj1cA{/youtube}

Jika biasanya plenary di Mozilla All Hands dilaksanakan hanya di hari Selasa, sekarang plenary tersebut dibagi jadi 4 sesi yang dilaksanakan dari Selasa sampai Jum’at. Plenary pertama dibuka oleh Mitchel Baker (Mozilla Chairwoman) yang menyampaikan tentang State of the Internet. Lalu disambung oleh Christ Beard (Mozilla CEO) yang menyampaikan Internal Monthly Meeting yang biasanya diadakan secara daring.

Plenary kedua dibuka oleh Mary Ellen Muckerman (VP, Brand Strategy)  yang membahas tentang bagaimana Mozilla membangun relationship secara umum dengan pengguna. Plenary selanjutnya dibuka oleh Joe Hildebrand (VP of Engineering, Firefox). Plenary terakhir, dipandu kembali oleh Mitchel Baker dan Christ Beard yang menutup rangkaian plenary dengan membahas rencana Mozilla ke depan.

Mozilla Reps Council sendiri membahas perencanaan OKR untuk paruh kedua tahun 2019. Sedangkan SUMO membahas tentang roadmap pengembangan situs support.mozilla.org, serta membahas strategi komunitas. Di setiap sesi yang kami hadiri, hampir seluruhnya berupa sesi interaktif dan tukar pendapat satu sama lain.

Kami juga berkesempatan untuk berjumpa serta makan malam bersama dengan 2 rekan lain asal Indonesia yang saat ini bekerja di Mozilla Corporation yaitu Bram (kini menetap di New Zealand) dan Josephine (menetap di San Francisco).

Rangkaian acara All Hands kali ini ditutup dengan acara hidangan malam bersama dan hiburan di The Roundhouse, yang berada di  kaki gunung Whistler. Pemandangan kaki gunung di musim panas yang sebagian ditutup salju serta menikmati senja yang lebih panjang hingga matahari terbenam di ketinggian tentunya menjadi daya tarik tersendiri dari tempat ini.

Semua berjalan dengan baik hingga kami kembali ke Jakarta. Sampai jumpa di liputan All Hands berikutnya!

Leave a Reply