Pertemuan pelokalan (localisation) Mozilla kawasan Asia Tenggara tahun ini diselenggarakan pada pertengahan November di Hanoi, Vietnam. Acara kali ini dihadiri oleh kawan-kawan pelokal dari Mozilla Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Thailand, Indonesia, dan, tentunya, Vietnam. Selain itu, ada pula kawan-kawan dari Mozilla Amerika Serikat dan Jerman.
Beberapa tim mengemukakan kendala yang dihadapi, yang pada gilirannya dapat memberikan gambaran potensi masalah yang bisa jadi juga akan ditemui tim-tim lain di masa depan. Kawan-kawan dari Malaysia, misalnya, mendapati semakin sulitnya merekrut dan mengelola sukarelawan pelokal baru. Kawan-kawan dari Filipina, di sisi lain, menjumpai masalah pelestarian bahasa yang lebih serius karena Pemerintah Filipina dirasa belum terlalu bersungguh-sungguh mengamanatkan pengajaran bahasa Tagalog dalam kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah dasar dan sekolah-sekolah menengah.
Di sini kami juga berbagi kiat dan saran. Yang menurut saya paling menarik adalah langkah yang ditempuh kawan-kawan dari Kamboja yang mengupayakan kerja sama dengan pemerintah setempat, khususnya dengan otoritas pendidikan dan kebudayaan. Hal ini penting karena perkembangan dan pengembangan peradaban mau tidak mau akan terus-menerus menempatkan kita pada situasi di mana bahasa Inggris akan menjadi semakin familier dalam interaksi berbasis teknologi komunikasi dan informasi sehari-hari, meninggalkan bahasa-bahasa lokal berjuang sendiri agar tidak tergerus derasnya arus modernisasi dan globalisasi.
Kami dari Indonesia berusaha untuk melakukan perbaikan yang berkelanjutan. Dalam konteks pembangunan pelokalan baru, potensi permintaan-permintaan pelokalan bahasa daerah kemungkinan akan terus bermunculan seiring kesadaran dan kepedulian akan pentingnya pelestarian bahasa ibu. Diperlukan penjaminan mutu awal yang baik sejak tahap perencanaan dan pelaksanaan, seperti prasyarat ketersediaan dan kebersediaan penutur jati dalam tim, pembiasaan interaksi dengan antarmuka aplikasi yang disepakati, dan pemenuhan target secara bertahap dari proyek-proyek kecil menuju proyek-proyek besar. Sekadar informasi, permintaan pelokalan bahasa daerah yang saat ini sedang ditindaklanjuti adalah pelokalan bahasa Makassar.
Sementara itu, dalam konteks pengembangan pelokalan yang telah tersedia, tantangan terbesarnya adalah bagaimana mempertahankan kemanfaatan dan kepraktisan terjemahan tiap-tiap pelokalan. Dibutuhkan penjaminan mutu lanjutan di tahap pemantauan dan evaluasi, seperti pengukuran keberhasilan, penyesuaian target jangka panjang, dan penyelenggaraan pertemuan rutin tahunan. Saat ini telah tersedia empat bahasa daerah yang digarap yaitu bahasa Aceh, bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa Gorontalo.
Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi mesin akan perlahan-lahan menandingi fungsi asalinya sebagai alat komunikasi insani seiring pesatnya pergeseran interaksi dari manusia-ke-manusia menjadi manusia-ke-mesin-ke-manusia. Kecenderungan generasi muda yang lebih banyak menghabiskan waktu aktifnya berkomunikasi nonverbal dengan perantaraan berbagai gawai dan peranti alih-alih berkomunikasi verbal dan langsung dengan orang-orang di sekitarnya juga seakan mengiakan gejalanya. Peran serta kita semua sangatlah penting guna melestarikan bahasa-bahasa kita, salah satunya adalah dengan menjadikannya sebagai alat komunikasi pada situs-situs web yang kita kunjungi dan aplikasi-aplikasi perangkat lunak yang kita pakai sehari-hari.
Semoga bermanfaat!
Ditulis oleh : Armen Ringgo